(01,05,2017 . 10.00 wib) _ jakartaSejak menduduki posisi Chief Executive Officer (CEO) Microsoft, Satya Nadella telah mengkombinasikan kepemimpinan
yang efektif dan bisnis yang brilian di perusahaan teknologi.
Dalam sebuah wawancara dengan Business
Insider, Nadella menuturkan, salah satu buku telah menjadi inspirasinya yaitu
penulis buku Mindset yang ditulis psikolog Carol Dweck. Dari buku itu ia ingin
mencoba bangun sesuatu di Microsoft.
"Saya membacanya bukan dalam
konteks budaya bisnis atau pekerjaan tapi dalam konteks pendidikan anak-anak
saya. Penulis menggambarkan metafora sederhana anak-anak di sekolah. Salah
satunya mengetahui semua, dan satunya semua itu belajar. Selalu belajar akan
lebih baik dari pada yang lain. Bahkan jika anak-anak memulai dengan tahu
semuanya dengan kemampuan yang jauh lebih banyak," tutur Nadella seperti
dikutip dari laman Inc, Senin (1/5/2017).
"Kembali ke bisnis. Jika itu berlaku untuk anak laki-laki
dan perempuan di sekolah, saya pikir ini juga berlaku bagi CEO seperti saya,
dan seluruh organisasi seperti Microsoft," tambah dia.
Founder Insight Justin
Bariso pun meringkas strategi itu dalam satu kalimat. "Jangan menjadi
orang yang tahu segalanya. Jadilah pembelajar".
Ia menilai, itu salah
satu nasihat yang bagus. Kolega Bariso, Mandy Antoniacci pernah sampaikan
ketika Anda menyebut diri sebagai "ahli" di bidang apapun, menganggap
posisi Anda telah mencapai potensi maksimal Anda. Ini menyiratkan Anda telah
mencapai puncak yang mendebarkan dalam karier Anda. Secara tak langsung telah
memadamkan rasa ingin tahu mengenai pengetahuan.
Bariso menuturkan, coba
alihkan fokus Anda. Alih-alih membatasi diri Anda atau menjadi terlalu peduli
dengan pandangan orang lain, maka perhatian utama Anda adalah pertumbuhan.
Kesalahan bukan lagi "kegagalan". Sebaliknya itu kesempatan belajar.
Ia menuturkan, hal itu
dapat mempengaruhi pendekatan seseorang terhadap pekerjaan dan kehidupan.
Perhatikan bagaimana Nadella menerapkan pola pikir ini di Microsoft.
"Beberapa orang
bisa menyebutnya eksperimen cepat. Namun, yang lebih penting kami menyebutnya
pengujian hipotesis. Alih-alih mengatakan saya punya ide, bagaimana jika Anda
mengatakan saya punya hipotesis baru," ujar dia.
"Ayo kami uji, dan
lihat apakah itu benar. Tanyakan seberapa cepat bisa memvalidasinya. Jika itu
tidak sah, lanjutkan ke langkah berikutnya," tambah dia.
Ia menuturkan,kesuksesan
melalui serangkaian kegagalan dan pengujian hipotesis. Jadi, perlu diingat
jangan menjadi tahu itu semua. Jadilah orang yang belajar itu semua.
Dikutip dari Satya Nadella (nbcnews.com)